"DIBAWA GELOMBANG" Karya Sanusi Pane
DIBAWA
GELOMBANG
(Sanusi Pane)
Alun membawa bidukku perlahan,
Dalam kesunyian malam waktu,
Tidak berpawang, tidak berkawan,
Entah kemana aku tak tahu.
Jatuh di atas bintang kemilau,
Seperti sudah berabad-abad,
Dengan damai mereka meninjau,
Kehidupan bumi, yang kecil amat.
Aku bernyanyi dengan suara,
Seperti bisikan angin di daun;
Suaraku hilang dalam udara,
Dalam laut yang beralun-alun.
Alun membawa hidupku perlahan,
Dalam kesunyian malam waktu,
Tidak berpawang, tidak berkawan,
Entah kemana aku tak tahu.
Sanusi
Pane adalah sastrawan Indonesia angkatan Pujangga Baru yang karya-karyanya
banyak diterbitkan antara 1920-1940an. Dalam bidang kesusastraan, Sanusi Pane
mencari inspirasinya pada kejayaan budaya Hindu-Budha di Indonesia pada masa
lampau.
Adapun ciri-ciri dari karya sastra angkatan Pujangga Baru, antara lain:
- Sudah menggunakan bahasa Indonesia.
- Menceritakan kehidupan masyarakat kota, persoalan intelektual, emansipasi (struktur cerita/konflik sudah berkembang)
- Pengaruh barat mulai masuk dan berupaya melahirkan budaya nasional
- Menonjolkan nasionalisme, romantisme, individualisme, intelektualisme, dan materialisme.
Sanusi
Pane ini cukup produktif dalam
menghasilkan karya kesusastraan, contohnya puisi berjudul “Dibawa Gelombang”. Puisi “Dibawa
Gelombang” ini terdiri dari 4 bait 16 baris. Puisi ini termasuk dalam kategori
puisi lirik elegi karena mengungkapkan perasaan duka.
Hal tersebut dibuktikan
dengan tulisan dari pengarang yang menggambarkan rasa sedih, gundah dan kondisi
seseorang kesepian juga menggambarkan keadaan yang sunyi, gelap dan tenang.
Seperti
ciri-ciri karya Pujangga Baru, puisi “Dibawa
Gelombang” ini sudah menggunakan bahasa Indonesia. Sanusi Pane menggunakan laut sebagai sarana untuk
mengungkapkan hubungan antara manusia, alam, dan Tuhan dan menggambarkan
laut sebagai suatu tempat yang penuh ketenangan.
Dalam puisi ini Sanusi Pane memberikan tema
kepasrahan seseorang dalam hidupnya. Dalam puisi “Dibawa Gelombang” ini, hidup digambarkan dengan biduk yang ada
dalam lautan oleh Sanusi Pane. Manusia digambarkan dengan sebuah biduk,
kehidupan dunia digambarkan dengan lautan, dan tujuan hidup digambarkan dengan
arus laut. Terlihat dari bait berikut ini :
Alun
membawa bidukku perlahan,
…
Dalam
laut yang beralun-alun.
…
Alun membawa hidupku perlahan,
Dari
beberapa penjabaran tentang puisi “Dibawa
Gelombang” tersebut masuk dalam ciri-ciri karya sastra angkatan Pujangga
Baru yaitu menceritakan kehidupan masyarakat kota yang digambarkan dengan hidup
seperti biduk dalm lautan. Dalam puisi ini terdapat majas personifikasi,
simile, dan antithesis.
Ada
beberapa pesan yang ingin disampaikan oleh Sanusi Pane dalam puisinya ini,
antara lain :
- Dalam menjalani kehidupan kita harus mempunyai sebuah tujuan.
- Dalam menghadapi suatu masalah, kita tidak boleh berputus asa dan harus selalu ingat kepada Tuhan.
- Jangan merasa rendah diri dan pesimis dalam menjalani kehidupan.
Publisher: Prabangkaranews Media Group
Tidak ada komentar