Antisipasi Jatuhnya Harga Cabai, Kementan Siapkan Sejumlah Jurus
Agoeshendriyanto.com - Jakarta
- Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyampaikan bahwa pihaknya
kini tengah fokus pada penyediaan 11 bahan pokok penting. Hal tersebut
tidak lain agar masyarakat mendapatkan kepastian pangan ditengah pandemi
virus Covid-19 serta mengantisipasi agar tidak terjadi gejolak harga
menjelang hari Raya Idul Fitri.
Cabai
yang merupakan salah satu dari 11 barang kebutuhan pokok dan penting
kini sudah tersedia berlimpah. Sebagian besar wilayah sentra mulai panen
raya sejak bulan April lalu dan diprediksi panen berlangsung hingga
bulan Juli mendatang.
Melimpahnya
hasil panen tersebut ternyata tidak sebanding dengan permintaan pasar
saat ini akibat kebijakan PSBB dibeberapa daerah tujuan pasar. Akibatnya
memang terjadi kelebihan pasokan yang berdampak pada jatuhnya harga
sehingga petani kekurangan modal untuk menanam kembali.
Direktur
Jenderal Hortikultura Prihasto Setyanto mengungkapkan bahwa kondisi
saat ini diluar prediksi karna sebelumnya pihaknya sudah mengatur pola
tanam dan membuat peringatan dini dalam bentuk data Early Warning System
(EWS) yang dikirimkan ke seluruh wilayah setiap bulan.
"Tujuannya
tak lain untuk mencegah terjadinya over supply. Namun yang terjadi saat
ini adalah kejadian diluar kendali kami,” tanggap Anton melalui
keterangan tertulisnya, Sabtu (9/5).
Meski
demikian, Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian
(Kementan) saat ini sudah melakukan berbagai upaya untuk menekan
jatuhnya harga. Diantaranya, kata Prihasto, sistem tunda jual yang sudah
disosialisasikan ke Petugas Dinas Pertanian dan Petani Champion cabai
di seluruh wilayah sentra sejak awal Bulan April.
"Teknisnya
Direktorat Jenderal Hortikultura memfasilitasi sewa cool storage di
beberapa wilayah yang dapat digunakan petani untuk menyimpan hasil panen
petani," kata pria yang akrab disapa Anton itu.
"Nanti
dijual ketika harga sudah membaik. Kami juga fasilitasi biaya
distribusi dari daerah produksi surplus ke daerah minus," lanjut dia.
Anton juga berpesan agar petani lebih cerdas dan tidak kaku dalam berbudidaya. Misalnya dengan pola budidaya tumpangsari.
"Jadi
tidak hanya menanam cabai saja, tapi tumpangsari dengan komoditas
lainnya sehingga jika harga cabai jatuh, masih ada pemasukan dari
komoditas lain yang masih memberikan keuntungan," ungkap Anton.
Tak
hanya itu, dalam rangka mendukung program penanganan dampak Covid-19
terhadap kelompok tani. Direktorat Jenderal Hortikultura telah
merelokasi anggaran untuk memfasilitasi bantuan benih hortikultura.
Antara lain benih cabai, sayur-sayuran lainya dan benih buah-buahan.
Berdasarkan
data EWS bulan Agustus hingga Oktober mendatang, produksi khususnya
untuk aneka cabai diprediksi akan mengalami surplus nasional yang sangat
tipis. Hanya sekitar 5rb-9rb ton pada bulan September-Oktober. Hasil
produksi tersebut dampak dari mulai terjadinya musim kemarau dan
menurunnya minat tanam petani karena rendahnya harga yang terjadi saat
ini.
"Hal
tersebut menjadi perhatian pemerintah. Sehingga dengan kebijakan
bantuan benih yang diberikan, kami berharap petani tetap dapat menamam
pada bulan Mei-Juni ini sehingga produksi cabai nantinya dapat memenuhi
permintaan pasar," tutup Anton.
Tidak ada komentar