Pencegahan Hawar Daun Dengan Tanam Varietas Inpari 32 dan Perlakuan Budidaya Yang Tepat
Agoeshendriyanto.com - Pacitan - Pencegahan
hawar daun antara lain dengan menggunakan varietas tahan seperti inpari 32 dan
perlakuan budidaya yang tepat.
Warna
daun padi berubah menjadi hijau keabu-abuan. Perubahan itu rmulai dari tepi
daun. Lama-lama daun mengering seperti terbakar. Itu indikasi serangan bakteri
Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo). Serangan bakteri anggota famili
Xanthomonadaceae itu pada stadia vegetatif disebut kresek, sedangkan pada
stadia generatif dinamakan hawar. Titik kritisnya saat masa primordia dan
bunting.
Pengairan
berselang dapat mengurangi tingkat kelembapan.
Peneliti
di Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BBPadi) Subang, Celvia Roza, S.P.,
pernah menemukan serangan hawar daun dengan tingkat keparahan 75—85%. Bakteri
penyebab serangan menyukai kondisi lembap. Pada musim hujan tingkat serangannya
tinggi. Perlakuan budidaya dapat menurunkan potensi serangan hawar daun bakteri
(HDB) pada semua varietas.
Varietas
tahan
Celvia
mengatakan, perlakuan budidaya meliputi penggunaan varietas tahan serangan,
aplikasi pupuk berimbang, pengairan berselang, dan pengaturan jarak tanam.
Menurut alumnus Jurusan Hama dan Penyakit Tanaman, Universitas Andalas itu
sampai kini varietas yang masih tahan serangan hawar daun adalah inpari 32.
Varietas unggul itu dirilis Kementerian Pertanian pada 2013.
Inpari
32 tahan seranga hawar daun bakteri patotipe III dan tahan blas ras 033. Inpari
32 cocok ditanam di dataran rendah dengan maksimal ketinggian 600 meter di atas
permukaan laut (dpl). Padi asal persilangan ciherang dan IRBB 64 itu memiliki
potensi hasil hingga 8,42 ton per ha. Celvia menelusuri beberapa varietas padi
lokal yang tahan hawar daun patotipe III seperti ketan lomak, ketan bayong, dan
waren.
Sifat
tahan itu dikontrol oleh satu gen saja dan cenderung tidak stabil. Musababnya
ada ras patogen yang dapat mengatasi gen tahan pada varietas itu. Nantinya ras
patogenlah yang berkembang menjadi ras dominan. Maka pergiliran varietas tetap
diperlukan sehingga ras patogen tidak mendominasi. Selain varietas, petani juga
harus memperhatikan aplikasi pupuk nitrogen.
Pemupukan
berlebihan tanpa diimbangi unsur lain dapat menyebabkan perkembangan klorofil
tidak seimbang sehingga mudah terserang Xoo. Metode pengairan menggenang atau
tidak berselang dapat meningkatkan kelembapan dan mempermudah penularan
penyakit. Selain itu, kata Celvia, jarak tanam rapat akan meningkatkan
kelembapan sehingga bakteri mudah berkembang termasuk Xoo.
Pengaturan
jarak tanam yang lebih longgar seperti jajar legowo dapat mengurangi potensi
serangan. Terlebih pada musim hujan potensi serangan hawar daun cenderung
tinggi lantaran kelembapan meningkat. Saskia Anisa Firda dari Program Studi
Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Jember membandingkan padi dengan
tiga sistem tanam terhadap intensitas serangan hawar daun.
Sebesar
85% tanaman padi terserang hawar daun bakteri.
Ketiga
sistem itu adalah konvensional, system of rice intensification (SRI),
dan intensifikasi padi aerob terkendali berbasis organik (IPAT-BO). Jarak tanam
ketiganya 30 cm x 30 cm dengan satu bibit per lubang tanam. Perbedaannya
terletak pada pengairan. Pengairan sistem konvensional dilakukan setiap hari
dengan mempertahankan tinggi genangan sekitar 5-7 cm di atas permukaan tanah.
Periset menggunakan benih padi varietas savaranos.
Tiga
metode
Metode
pengairan SRI berselang yakni macak-macak 1-8 hari setelah tanam (hst),
penggenangan untuk penyiangan pada 9-10 hst, pengeringan 11-18 hst,
penggenangan untuk penyiangan kedua pada 19-20 hst, macak-macak 21-80 hst, dan
pengeringan hingga panen tiba.
Sistem IPAT-BO dengan penggenangan macak-macak
dengan tinggi air 0 cm. Bila muka air tanah turun 5 cm di bawah permukaan
tanah, barulah dilakukan pengairan hingga tinggi air kembali 0 cm.
Dari
tiga sistem tanam itu, IPAT-BO dapat menekan intensitas serangan dengan hasil
produksi tetap tinggi. Tingkat keparahan penyakit pada IPAT-BO hanya 13,76%,
sedangkan SRI 24,19% dan sistem konvensional 31,76%. Produksi padi IPAT-BO
mencapai 21,17 ton sementara SRI 16,46 ton dan pertanaman konvensional hanya
9,16 ton-semua per ha.
Pengaturan
jarak tanam yang lebih longgar.
Penggunaan
alat tanam yang sudah terinfeksi patogen juga dapat memunculkan potensi
serangan hawar daun. Tak hanya itu, angin kencang turut berpotensi menularkan
penyakit. Musababnya gesekan antardaun menimbulkan luka sehingga dapat
menyebarkan patogen dari daun yang terinfeksi. Bila bakteri itu menyerang,
Celvia menganjurkan penggunaan agen hayati.
“Pengendalian
hayati dengan bakteri antagonis seperti Corynebacterium sp. cukup berpengaruh
mengurangi serangan,” kata peneliti hawar daun padi itu. Rizka Zahara dan
rekan-rekan dari Program Studi Agroteknologi, Universitas Syiah Kuala,
membuktikan konsentrasi Corynebacterium sp. sebanyak 7 cc per liter mampu
menekan pertumbuhan bakteri hawar daun.
Inokulasi
Xoo—masuknya bakteri pada tanaman melalui luka— dimulai sekitar 35 hari setelah
tanam. Menurut pengamatan Rizka, aplikasi pada 28 hst atau sepekan sebelum
inokulasi efektif untuk mencegah serangan hawar daun. Petani dapat menerapkan
cara terpadu—varietas unggul yang tahan, pupuk hayati, dan agen hayati—untuk
mencegah serangan Xoo. (Sinta Herian Pawestri)
Sumber: https://www.trubus-online.co.id
Publisher: Prabangkaranews Media Group
Tidak ada komentar