Toleransi dalam Multikultural Indonesia
PEWARTA_NUSANTARA || Seberapa besar kita bisa menoleransi perbedaan, tergantung dari seberapa lentur kita punya pikiran. Sebenarnya kita dilahirkan di manapun juga merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa. Kita tidak bisa meminta untuk dilahirkan dari orang tua yang mapan, agamanya tertentu, suku bangsanya tertentu. Semua itu sudah merupakan anugerah. Seberapa besar wujud syukur kita kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Melihat postingan dalam bentuk apapun baik di media online, media sosial (fb, istagram, fb, twitter, linkelid) anggaplah itu sebuah permainan, bisa suka bisa tidak, kadang sejalan kadang tidak. Suka dibaca dan dilihat, jika tidak suka dengan postingan dilewatkan saja. Sebenarnya jika pikiran kita seperti itu membuat semua itu mudah sehingga tidak ada sebuah perdebatan yang seharusnya kita gunakan untuk berkarya untuk kebermanfaat untuk sesama. Jangan sampai hal yamng sebenarnya sederhana tmenjadi sesuatu yang ribet.
Apa yang terlihat tidak pantas dalam pikiran kita, itu adalah menurut pikiran kita. Apa yang tidak benar menurut kita, itu juga sebenarnya hanya menurut pikiran kita. Berkomentar pedas, menggurui, menghujat, menghakimi, memaksakan kepantasan, kebenaran sesuai kaidah yang kita yakini, bukan menunjukkan kebijaksanaan dan keshalihan yang berkomentar tapi menggambarkan kekakuan dan sempitnya pikiran.
Ingin berbuat kebaikan, itu bagus. Tapi lihat diri sendiri sebelum berusaha merubah sekeliling.
Bukan koar-koar bak Polisi moral atau malah dapuk jadi Hakim yang menjatuhkan hukuman. Tunjukkan diri lewat perbuatan yang penuh keindahan. Kehadiran yang bisa menebar kebahagiaan. Berusaha untuk tak menyakiti, dan berjalan sebagaimana kita dikofratkan sebagai kalifah di muka bumi untuk menebar kebaikan dan kebajikan.
Komentar
Posting Komentar